Pelajaran Sedekah dari seorang Driver

Setelah sekian lama tidak menulis di blog ini, kali ini saya hendak berbagi pelajaran berharga yang saya dapatkan dari salah seorang driver di kantor saya.

Kantor tempat saya bekerja saat ini terletak di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Dimana setiap jam pulang kantor, kemacetan parah sudah menjadi menu wajib. Demi menghindari macet, biasanya saya pulang setelah maghrib. Sembari menunggu waktu maghrib, biasanya saya duduk-duduk di area parkiran sambil ngobrol dengan beberapa driver yang sedang menunggu bosnya.

Suatu hari, ada seorang driver yang bercerita tentang keajaiban sedekah yang ia terima dari ustadznya, kemudian driver itupun mulai bercerita mengenai sedekah-sedekah yang ia lakukan. Tentunya tanpa bermaksud sombong atau pamer, karena saya tau maksud dia menceritakan adalah sebagai tahadduts bi ni'mah - menyebutkan nikmat Allah -.

Salah satu pembicaraannya yang begitu bermakna adalah ketika ia menjelaskan hakikat sedekah dengan cara yang cukup sederhana tapi penuh dengan nilai makna.

Berikut saya tuliskan penjelasannya yang saya tangkap, tentu dengan gaya bahasa saya sendiri, Insya Allah isinya tidak melenceng terlalu jauh :

Pengibaratan sedekah itu seperti ketika kita kehausan di tengah padang pasir, sementara persedian air kita sudah habis, kemudian kita menemukan pompa air tua serta ember yang setengahnya telah terisi air. Saat kita hendak meminumnya, ternyata ada tulisan ‘gunakan air ini untuk memancing pompa’. Sikap kita ketika dihadapkan pada dua pilihan itulah yang menjadikan sedekah kita menjadi berkah atau tidak.

Sementara kedua pilihan itu memiliki konsekuensi masing-masing.
Pilihan pertama, kita langsung meminum air dari ember tersebut tanpa pedulikan tulisan di dekatnya. Dengan konsekuensinya kita dapat menghilangkan dahaga saat itu juga, tapi kemudian tidak ada lagi air tersisa untuk bekal perjalanan kita, ataupun untuk orang-orang yang akan melewati tempat itu.
Pilihan kedua, ini lebih berat, karena ada dua kemungkinan. Kita gunakan air di ember tersebut untuk memancing pompa, dengan kemungkinan pertama air itu habis sementara pompa air tidak dapat mengeluarkan air sebagaimana kita harapkan. Kemungkinan kedua, setelah kita gunakan air itu untuk memancing, air berlimpah keluar dari pompa tersebut, sehingga kita dapat gunakan airnya untuk menghilangkan dahaga kita, menyiapkan air untuk bekal dan juga berbagi air kepada para musafir yang kebetulan melewati tempat itu.


Begitulah sedekah, jika kita penuh keyakinan serta keikhlasan menerima apapun hasilnya, sedekah itu kemudian akan menjadi berkah bagi kita. 

Demikianlah kurang lebih pelajaran yang dapat saya ambil dari pembicaraan tersebut. Kita tidak pernah tahu darimana kita mendapatkan suatu ilmu, bahkan terkadang kita malah memandang rendah orang lain berdasarkan profesinya. Hari itu saya belajar satu hal penting, bahwa kita tidak boleh memandang rendah orang lain hanya karena profesinya semata. Terkadang orang tersebut justru jauh lebih berilmu daripada kita.

Mudah-mudahan tulisan ringan ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Comments

Popular Posts