One Year After
10-10-11, tepat setahun sudah kami hidup berdua dalam satu
ikatan pernikahan. Berbagai suka dan duka telah kami lewati selama setahun ini.
Ada berbagai
pelajaran yang kami petik, ada harapan yang mulai tumbuh, ada cita-cita yang
coba kami rakit. Hidup bersama itu memang tak mudah, tapi akan selalu penuh
dengan hal baru.
Setahun yang lalu kami melangsungkan pernikahan, 10-10-10,
perfect ten, kami memilih tanggal tersebut dengan harapan pernikahan kami
membawa berkah kesempurnaan menjadi manusia yang utuh, sesuai dengan sunnah
junjungan kami Rasulullah SAW. Tidak ada sesuatu yang sakral maupun magis dari
tanggal tersebut, hanya keunikannya saja yang membuat kami memilih tanggal
tersebut, selain kebetulan memang tanggal tersebut jatuh pada hari minggu,
setidaknya memudahkan para tamu undangan.
Ya, perjalanan rumah tangga kami memang tak semulus apa yang
ada di bayangan kami dulu. Pertengkaran demi pertengkaran pasti terjadi, lumrah
adanya, justru kami anggap sebagai proses untuk menambah tingkat kedewasaan
kami berdua, itu semua sebagai suatu keniscayaan dalam kehidupan berumah
tangga. Tiada kami lelah, lalu memilih untuk berpisah. Tiada kami lelah untuk
berusaha menyatukan perbedaan.
Bagaimanapun juga menikah adalah suatu keputusan yang kita ambil
dengan penuh kesadaran, sadar akan resikonya, sadar akan hambatannya, sadar
akan perbedaan, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menikah bukan sekedar
masalah mengubah dua insane menjadi sama persis. Bukan sekedar cumbu rayu atau
tertawa ria, menikah adalah menyatukan dua insan yang berbeda hingga membentuk
suatu wujud yang baru. Dalam bahasa filsuf modern, ‘become one but yet still
remain two’.
Apa yang kami pelajari selama setahun ini bahwa menikah itu
penuh dengan kompromi, kesabaran, ketidakegoisan, keuletan, mau mengalah dan
rasa saling percaya. Kompromi dalam artian kita tidak bisa memaksakan kehendak
kita pada pasangan. Kesabaran dalam menerima perbedaan serta kekurangan
pasangan kita, tidak egois menuntut pasangan kita sesuai kemauan kita, ulet
dalam mempertahankan biduk rumah tangga agar tetap di jalurnya, mau mengalah
ketika pertengkaran seolah tidak berujung, serta rasa saling percaya bahwa
pasangan kita adalah yang terbaik untuk kita serta dia selalu berusaha untuk
menjadi yang terbaik bagi kita.
Terkadang dulu kita selalu berusaha mencari pasangan yang
memiliki berbagai kesamaan dengan kita, entah itu hobi, cara pandang maupun
sifat. Tapi terkadang jodoh kita malah seseorang yang memiliki sifat, hobi
maupun cara pandang yang sangat bertolak belakang dengan kita. Tapi percayalah
disitulah letak keindahannya, selalu memunculkan hal-hal baru yang bisa kita
pelajari. Kami adalah pasangan dengan sifat, karakter, hobi maupun cara pandang
yang sangat bertolak belakang. Saya lebih suka menyendiri, istri saya lebih
suka bercengkerama dengan sahabatnya. Saya terlalu peduli dengan isu sosial
kemasyarakatan istri saya kurang begitu peduli, saya pemimpi istri saya sangat
realistis dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan itu. Namun dari segala
perbedaan itu, akhirnya kami menyadari bahwa menikah itu tidak melulu tentang
‘saya’. Ada
berbagai hal yang perlu kita kompromikan, toleransikan.
Setahun sudah kami mengarungi biduk rumah tangga ini, masih
seumur jagung memang. Tapi begitu banyak pelajaran yang telah kita petik dan
kami yakin masih ada banyak sekali tantangan serta pelajaran di tahun-tahun
mendatang. Alhamdulillah saat ini kami sedang menunggu kehadiran putra pertama
kami, yang saat ini masih dalam kandungan istri saya dan berumur 33 minggu. Pelajaran
pertama yang akan kami pelajari memasuki tahun ke-dua pernikahan ini adalah
menjadi orang tua.
Sungguh, menikah membawa kebahagiaan tersendiri.
Beruntunglah kita yang telah menemukan jodoh kita. Mari kita syukuri anugerah
dari Allah SWT ini, dengan selalu bersyukur kepada-Nya. Terimakasih Ya Allah,
sungguh tiada pujian terindah selain kepada-Mu Ya Allah. Mohon bimbinglah kami
untuk mewujudkan keluarga yang Sakinah Mawaddah wa Rahmah Ya Allah. Jangan
condongkan hati kami untuk lepas dari bimbinganMu Ya Rabbi.
Kepada istriku tercinta, Fithriyah, mari kita satukan hati
dan niat untuk terus menjaga ikatan rumah tangga ini agar tetap selalu dalam
bimbingan Allah SWT. Kita jadikan hari ini sebagai refleksi serta berbenah diri
untuk meraih masa depan yang bahagia. Amin.
Comments
Post a Comment