POTRET
Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena aparat tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
seperti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
bahwa disini seperti di surga tak adakah jalan keluar….
Iwan Fals – Potret, Belum Ada Judul, 1991
Coba perhatikan baris-baris lirik diatas, masih seperti itukah keadaan negeri kita tercinta ini. Saya yakin ga beda jauh. Padahal lagu itu dirilis tahun 1991 yang notabene 17 tahun yang lalu. Selama kurun waktu tersebut negeri ini telah berganti presiden sebanyak lima kali. Dan potret masyarakat seperti dalam lagu tersebut masih bisa kita jumpai saat ini.
Lalu pertanyaannya adalah sejauh manakah bangsa ini melangkah? Jangan - jangan selama ini kita hanya jalan di tempat, hanya baju kita saja yang berganti, tapi isi otak tujuan dan langkah kita masih di tempat itu – itu saja ? Berharap sih tidak demikian.
Tulisan ini hanya sekedar opini awam dalam memandang keadaan negeri tercinta ini.
Mencoretkan kegelisahan pribadi akan masa depan generasi mendatang. Bukannya skeptis hanya sedikit melankolis mungkin…hehe…
Walau sebenarnya banyak juga kemajuan yang telah dicapai oleh pemerintah, baik pemerintahan yang lalu maupun pemerintah saat ini. Namun persoalan umum seperti digambarkan pada lirik diatas tersebut selalu ikut mewarnai setiap pemerintahan.
Lalu sebenarnya apa yang kurang? Apa yang salah? Siapa yang salah? Rasanya tak perlu kita mencari jawabnya. Kalo kita mencari siapa yang salah, pasti selalu ada pihak yang merasa diri paling benar. Kalo kita mencari apa yang salah, pasti ada yang tidak rela mengakui kesalahan tersebut. Tapi tetap saja perubahan selalu ada harganya, tinggal kita siap tidak untuk menerimanya atau tidak.
Bukannya saya pendukung Orba, tapi kalau kita mau sedikit obyektif sebenarnya konsep PELITA dan REPELITA yang dulu dicanangkan oleh Presiden Soeharto merupakan sebuah konsep yang bagus untuk melihat kemajuan pembangunan itu sendiri. Selain itu ada GBHN yang dijadikan acuannya, tapi yang disayangkan adalah pemerintah kemudian kehilangan konsistensinya untuk menjalankan semua rencana tersebut. Terlebih lagi di saat-saat rezim ini.
Lalu muncullah reformasi yang sangat diharapkan, namun pada kenyataannya kebanyakan dari kita kemudian mabuk euphoria kebebasan. Hingga akhirnya pemerintahan yang muncul selalu dihujani kritik yang tajam yang menjadikan energi pemerintah untuk membangun Negara justru tersedot untuk mengurusi hal-hal politis demi mempertahankan eksistensinya. Kalau kita perhatikan setelah reformasi ini justru pemerintahan yang terbentuk seakan-akan kehilangan arah untuk membangun negeri ini. Setiap pergantian pemerintahan, kebijakannya selalu berubah. Bahkan setiap ganti menteri, kebijakan pun ikut berganti. Seakan-akan bangsa ini tidak memiliki blueprint maupun masterplan yang utuh. Sehingga pembangunan berjalan parsial, setengah-setengah serta tidak berkelanjutan, seolah-olah kita hanya berjalan di tempat.
Tak kalah mirisnya lagi, DPR dan MPR seolah tidak benar-benar menjalankan fungsinya sebagai kontrol pemerintah. Apa jadinya Negara ini jika setiap pergantian pemimpin selalu diwarnai pembunuhan karakter dan pengingkaran hasil pembangunan pemerintahan sebelumnya. Sekarang saatnya kita berani melihat pencapaian yang telah dilakukan generasi sebelumnya, dan dengan besar hati meneruskan tongkat estafet pembangunan hingga tercapai suatu kehidupan yang lebih baik di negeri ini. Semoga pemimpin yang terpilih pada pemilu mendatang bisa lebih arif memegang amanat ini. Amin.
Tulisan ini hanya sekedar opini dari seorang awam yang terlanjur jatuh cinta pada tanah ini….hehehe…
No Offense….Peace Out…Wassalam!!
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena aparat tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
seperti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
bahwa disini seperti di surga tak adakah jalan keluar….
Iwan Fals – Potret, Belum Ada Judul, 1991
Coba perhatikan baris-baris lirik diatas, masih seperti itukah keadaan negeri kita tercinta ini. Saya yakin ga beda jauh. Padahal lagu itu dirilis tahun 1991 yang notabene 17 tahun yang lalu. Selama kurun waktu tersebut negeri ini telah berganti presiden sebanyak lima kali. Dan potret masyarakat seperti dalam lagu tersebut masih bisa kita jumpai saat ini.
Lalu pertanyaannya adalah sejauh manakah bangsa ini melangkah? Jangan - jangan selama ini kita hanya jalan di tempat, hanya baju kita saja yang berganti, tapi isi otak tujuan dan langkah kita masih di tempat itu – itu saja ? Berharap sih tidak demikian.
Tulisan ini hanya sekedar opini awam dalam memandang keadaan negeri tercinta ini.
Mencoretkan kegelisahan pribadi akan masa depan generasi mendatang. Bukannya skeptis hanya sedikit melankolis mungkin…hehe…
Walau sebenarnya banyak juga kemajuan yang telah dicapai oleh pemerintah, baik pemerintahan yang lalu maupun pemerintah saat ini. Namun persoalan umum seperti digambarkan pada lirik diatas tersebut selalu ikut mewarnai setiap pemerintahan.
Lalu sebenarnya apa yang kurang? Apa yang salah? Siapa yang salah? Rasanya tak perlu kita mencari jawabnya. Kalo kita mencari siapa yang salah, pasti selalu ada pihak yang merasa diri paling benar. Kalo kita mencari apa yang salah, pasti ada yang tidak rela mengakui kesalahan tersebut. Tapi tetap saja perubahan selalu ada harganya, tinggal kita siap tidak untuk menerimanya atau tidak.
Bukannya saya pendukung Orba, tapi kalau kita mau sedikit obyektif sebenarnya konsep PELITA dan REPELITA yang dulu dicanangkan oleh Presiden Soeharto merupakan sebuah konsep yang bagus untuk melihat kemajuan pembangunan itu sendiri. Selain itu ada GBHN yang dijadikan acuannya, tapi yang disayangkan adalah pemerintah kemudian kehilangan konsistensinya untuk menjalankan semua rencana tersebut. Terlebih lagi di saat-saat rezim ini.
Lalu muncullah reformasi yang sangat diharapkan, namun pada kenyataannya kebanyakan dari kita kemudian mabuk euphoria kebebasan. Hingga akhirnya pemerintahan yang muncul selalu dihujani kritik yang tajam yang menjadikan energi pemerintah untuk membangun Negara justru tersedot untuk mengurusi hal-hal politis demi mempertahankan eksistensinya. Kalau kita perhatikan setelah reformasi ini justru pemerintahan yang terbentuk seakan-akan kehilangan arah untuk membangun negeri ini. Setiap pergantian pemerintahan, kebijakannya selalu berubah. Bahkan setiap ganti menteri, kebijakan pun ikut berganti. Seakan-akan bangsa ini tidak memiliki blueprint maupun masterplan yang utuh. Sehingga pembangunan berjalan parsial, setengah-setengah serta tidak berkelanjutan, seolah-olah kita hanya berjalan di tempat.
Tak kalah mirisnya lagi, DPR dan MPR seolah tidak benar-benar menjalankan fungsinya sebagai kontrol pemerintah. Apa jadinya Negara ini jika setiap pergantian pemimpin selalu diwarnai pembunuhan karakter dan pengingkaran hasil pembangunan pemerintahan sebelumnya. Sekarang saatnya kita berani melihat pencapaian yang telah dilakukan generasi sebelumnya, dan dengan besar hati meneruskan tongkat estafet pembangunan hingga tercapai suatu kehidupan yang lebih baik di negeri ini. Semoga pemimpin yang terpilih pada pemilu mendatang bisa lebih arif memegang amanat ini. Amin.
Tulisan ini hanya sekedar opini dari seorang awam yang terlanjur jatuh cinta pada tanah ini….hehehe…
No Offense….Peace Out…Wassalam!!
Comments
Post a Comment