Debu (Bagian IV)
BAGIAN 4
Begitulah...kisah ini akan terangkum tidak dalam akhir yang sedih, tapi tidak juga dalam akhir yang bahagia. Karena apa? Karena kisah ini tidak akan berakhir! Kisah ini akan berputar dan menyelinap untuk kemudian muncul kembali diantara riuh perdu, hijau lumut, dan gemericik air terjun di tengah gunung; kisah ini akan ikut terpetakan diatas konstelasi bintang-bintang kubah langit bersama Castor dan Pollux untuk muncul di setiap malam dingin. Mengambang bersama Andromeda. Dilintasi asteroid...Tapi tak usah jauh-jauh. Anda akan mendengar kisah ini ketika Anda melintas kali di kota atau desa kediaman Anda. Mengalun merdu atau rintih menyayat. Tergantung situasi...
Debu, bayangan, aku, kamu... Seperti juga semua pemahamanku, aku belajar bahwa semua itu hampir tak ada bedanya. Semuanya luruh. Menyatu dan membalut dalam jasad rapuh ini. Tapi, ada satu hal yang berbeda. Aku kini hidup dengan bagian diriku yang lain. Debuku. Dia hadir baik dalam mimpi basah maupun mimpi burukku. Toh, keduanya tak ada bedanya bagiku. Yah...kadang-kadang kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan?
Tapi jangan kira kehidupanku di mata orang sekitarku jadi berbeda. Dia yang menciumku terus menciumku—sementara denawaku tetap menatap nyalang padaku—Para pengemis, gadis-gadis seksi, para pedagang, dan anak-anak kecil polos di gerbang kampus pun tetap tidak menunjukan gerak yang dinamis, apapun yang mereka lakukan, mereka tetap buta dan tak peduli. Statis.
“Apapun yang kau lakukan, jangan pernah melupakan aku. Aku debumu. Denawamu. Setiap partikel darah yang mengairi tubuhmu dan membasahi setiap jumput syarafmu. Setiap ilusi, sentuhan, dan suara asing yang kau lihat, rasa dan dengar. Mimpi buruk, bentuk grafis acak, kegilaan, dan keputusasaan yang menelikungmu setiap malam, perasaan sia-sia yang membuatmu seakan berteriak di ruang hampa Aku adalah kamu.. Dan diatas semua itu, yang kamu harus takutkan, kamu harus tahu bahwa aku tak akan pergi. Dan, selama kamu hidup, kamu tak akan pernah lepas dariku.Tak akan pernah.”
End Note from the authors: Redistributing Radiohead’s Mean Lyric
→ We sincerely hope that YOU CHOKE reading this!! ♥☺
Comments
Post a Comment