HORMAT ≠ TAKUT

Alangkah indahnya hidup jika kita terbiasa saling mengormati antar sesama. Dengan saling menghormati akhirnya muncul rasa saling pengertian hingga konflik-konflik yang kadang tak perlu bias kita kurangi. Hingga kita merasakan indahnya hidup dalam kebersamaan. Betapa indah bukan?

Tapi bagaimanapun juga bentuk kehidupan yang kita jalani, konflik itu akan tetap ada sebagaimana adanya perbedaan yang merupakan suatu keniscayaan. Hanya saja, lagi-lagi seandainya, kita bisa menghormati perbedaan itu, mungkin juga kehidupan yang lebih baik dapat kita jalani.

Pada dasarnya sih, saya Cuma pengen ngebahas masalah hormat menghormati ini terutama di lingkungan saya berada. Kadang saya sering bertanya-tanya kenapa ketika saya menaruh rasa hormat terhadap seseorang, justru mereka menganggap bahwa saya takut padanya hingga akhirnya mereka justru bersikap semaunya – walaupun nggak semuanya, tapi kebanyakan - .

Sebagai contoh, kebetulan di pekerjaan saya mempunyai beberapa anak buah. Karena terdorong untuk menjadi atasan yang baik, saya selalu berusaha untuk menghormati mereka, jarang sekali saya memarahi mereka dengan kata-kata kasar. Selama ini saya hanya menasihati jika mereka membuat kesalahan, dengan harapan mereka mampu menyadari kesalahan mereka, dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Alasan lainnya adalah jika saya hanya memarahi saja, saya khawatirkan nantinya mereka mengikuti perintah saya dikarenakan mereka takut saya marahi. Saya tidak ingin seperti itu.

Kemudian yang menjadikan saya berada pada posisi dilematis adalah ketika saya menyadari ternyata tidak setiap anak buah saya memahami maksud saya ini, ada sebagian dari mereka yang justru tetap membandel karena ternyata mereka menganggap bahwa saya tidak berani memarahi mereka dikarenakan saya takut. Duarr!!! Dan kebetulan anak buah saya yang membandel ini ternyata kebanyakan memang warga lokal atau warga asli di daerah tempat saya bekerja. Akhirnya, pada suatu kesempatan mereka saya kumpulkan lalu saya beri pengertian dan saya tegaskan bahwa saya tidak pernah takut terhadap mereka – sok jagoan nih ceritanya…hehe – hanya saja saya ingin kita belajar bareng untuk bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Dan Alhamdulillah, mereka mau mengerti.

Saya jadi kembali teringat beberapa kejadian waktu masih kuliah dulu. Kebetulan waktu itu teman saya mau membuka tempat rental VCD di daerah sekitar kampus, dan saya ditawari untuk menjaga dan ikut mengelolanya. Ternyata tempat yang dipilih oleh teman saya tersebut merupakan daerah yang cukup banyak premannya, walaupun beberapa teman saya banyak yang keberatan dengan keputusan kami ini, tapi kita tetap menjalaninya. Singkat cerita ketika rental kami sudah buka, ada seorang preman senior yang sering main ke tempat kami. Saya pun tetap berusaha menghormatinya dengan tidak memandang rendah maupun menyepelekannya. Sampai suatu saat, waktu itu malam minggu, si preman ini mengatakan bahwa dia dan teman-temannya pengen minum-minum tapi uangnya kurang dan dia mau minta tambahan uang untuk beli minuman. Hwaduh!!! Saya bingung, di satu sisi saya tidak ingin member uang dan di sisi lain saya takut untuk menolak. Setelah dipikir-pikir, akhirnya saya memberanikan diri untuk menolaknya dengan cara-cara yang sok diplomatis saya ajak si preman ini duduk, kemudian masih dengan gaya yang diplomatis – padahal di dalemnya dag-dig-dug…hehehe – saya jelaskan bahwa bukan saya ga mau ngasih, tapi bahwa saya punya prinsip tidak mau membantu orang untuk berbuat maksiat, lalu saya sarankan daripada nongkrong terus pada mabuk mendingan main catur aja di tempat saya dan masalah rokok ama kopi saya siapkan. Lalu, si preman ini diam lumayan lama dan saya makin deg-degan aja, resiko apapun siap saya terima. Tapi ternyata akhirnya si preman ini malah menerima tawaran saya, dan di akhir cerita, saya akhirnya jadi lumayan akrab dengan preman satu ini. Seringkali ketika saya pulang dari kampus dan kebetulan ketemu dia lagi ngojek diberinya saya tumpangan gratis…asyik jadi ngirit….hehehe…

Dari dua cerita saya di atas, sedikit saya menyimpulkan. Bahwa di sebagian masyarakat kita kadang masih salah mengartikan antara rasa hormat dengan rasa takut. Penyebabnya apa? Saya juga belum tahu. Padahal menurut saya dua hal ini jelas sangat berbeda.

Comments

Post a Comment

Popular Posts